info film

">
0

Naskah Audio


IDENTIFIKASI PROGRAM
1. KELOMPOK PROGRAM : TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2. JUDUL : MENGENAL TVE
3. TOPIK : BELAJAR MELALUI MEDIA TVE
4. NOMOR PROGRAM :
5. KOMPETENSI : MEMAPARKAN FUNGSI DAN
PROGRAM TVE
6. INDIKATOR : 1. PENGERTIAN DAN TUJUAN TVE
2. SASARAN PROGRAM SALURAN
a. SALURAN 1
b. SALURAN 2
3. CONTOH MATERI SIARAN TVE
7. MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI
8. FORMAT SAJIAN : DRAMA
9. SASARAN : PESERTA DIDIK DARI SEMUA JALUR
DAN MASYARAKAT
10. DURASI : 15-20 MENIT
11. PENULIS : AHMAD ADE KURNIAWAN
12. PENGKAJI MEDIA : AHMAD ADE KURNIAWAN
13. PENGKAJI MATERI : AHMAD ADE KURNIAWAN
14. PRODUKSI : AHMAD ADE KURNIAWAN
15. PRODUSER : AHMAD ADE KURNIAWAN
16. MUSIK : AHMAD ADE KURNIAWAN




17. SOUND EFFECT : 1. SUARA SIARAN TELEVISI
2. SUARA AYAM DAN BURUNG
3. SUARA ORANG SEDANG
MENGUNYAH
4. SUARA ORANG SEDANG
MEMBUAT MINUMAN

NO PELAKU KARAKTER
1 NARATOR : Tegas, Lantang
2 AYAH ADE : Bijaksana, Ramah
3 IBU ADE : Sopan, perhatian
4 ADE : Mempunyai rasa ingin tahu,
bertanggungjawab
5 AHLI MEDIA : Cerdas, Intelektual tinggi






















A. SINOPSIS
Naskah ini menceritakan tentang seorang anak sedang menonton sebuah acara Televisi. Karena terlalu asyik dengan acara yang disajikan anak tersebut lupa belajar, kemudian ayah dan ibunya menyarankan untuk menonton acara yang berguna untuk pengetahuan dan belajarnya dan memanfaatkan Televisi sebagia media yang tepat guna.

B. TREATMENT
Suatu pagi yang masih diselimuti embun, Ade sedang menonton acara kartun kesukaannya. Ia tertawa riang sekali karena melihat kartun yang lucu. Kemudian ayahnya menghampirinya dan menyarankan agar melihat acara berguna bagi pengetahuan dari pada menonton acara yang kurang berguna di pagi hari.
Ibu yang sedang membuatkan segelas susu untuk Ade pun menyarankan apa yang dikatakan oleh Ayah. Walau dengan berat hati, Ade pun memindahkan ke saluran TVE dan ternyata setelah melihat dan memahami acara yang disajikan. Ade pun tertarik dan menggemari TVE.












1. MUSIK : IN-UP-DOWN-UNDER
2. ANNOUNCER : Suara Pendengar, inilah Radio Pendidikan yang
Dikelola oleh Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
3. MUSIK : IN-UP-DOWN-UNDER
4. NARATOR : Sahabat pintar dan para pendengar setia, selamat
Berjumpa dalam program pembelajaran audio
media pendidikan. Dalam penyampaian program
pada juma kali ini yang mengangkat topik, Peran
Penting TV Edukasi. Setelah mendengarkan
program ini sahabat diharapkan memahami fungsi,
peran, dan kinerja dari media TV Edukasi.
5. MUSIK : BACKGROUND
6. SFX : SUARA AYAM DAN B URUNG BERKICAU
7. ADE : Pagi Ayah….Pagi Ibu..
8. AYAH : Pagi Juga Anakku
9. IBU : Pagi Sayang, Tunggu sebentar Ibu akan buatkan
segelas susu cokelat Kesukaanmu.
10. ADE : Terima Kasih Ibuku yang baik.
Hmmm…Pagi-pagi nonton kartun ahh..
Seru banget kali yah….
11. SFX : SUARA TELEVISI
12. ADE : (Terawa Terbahak)
13. IBU : Adee…(menyapa)
Pagi-pagi ketawanya sudah riang sekali,
,memangnya nontong acara apa?
14. ADE : Yahh bu,,
Ini bu, nonton kartu. Biasa pagi begini kan
enaknya nonton kartun,Buat semangat dengan
ketawa-ketawa…

15. IBU : Menonton TV boleh saja tapi apa sebaiknya di
pagi hari menonton acara yang mengandung unsur
pengetahuan seperti berita atau semacamnya.
16. AYAH : Betul apa kata Ibumu, pengetahuan di pagi hari
sangat baik Nak.
17. ADE : Tapi kan Yah, kartun juga penting..(Tertawa Malu)
18. AYAH : Kalau kamu malas menonton berita, ayah punya
Satu Saluran yang penuh dengan pengetahuan
tetapi tak membosankan yaitu TVE atau Televisi
Edukasi
19. IBU : TVE ? Apa itu, Yah?
20. ADE : Ade juga baru dengar Yah,,,
21. AYAH : Anak-Ibu sama saja ternyata. TVE adalah stasiun
Televisi yang mengkhususkan diri pada siaran
pendidikan. Yang tujuannya adalah memberikan
layanan siaran pendidikan berkualitas untuk
menunjang tujuan pendidikan nasional.
22. MUSIK : IN-UP-DOWN-UNDER
23. NARATOR : Para pendengar setia, mengapa Ade dan Ibunya tak
Mengetahui adanya TVE ? Kenapa seperti itu.
Mari kita ikuti wawancara berikut dengan
Prof. Ade seorang Excecutive Produser TVE.
24. MUSIK : TRANSISI
25. WARTAWAN : Apa fungsi dari diadakannya TVE tersebut, Pak ?
26. PROF. ADE : Fungsi diadakannya TVE ini untuk
Menjadikan satu-satunya saluran TV yang
Menyajikan informasi mengenai pendidikan.
27. WARTAWAN : Kemudian apa sebenarnya dari Visi dan Misi
TVE ?


28. PROF. ADE : Visi dan Misi diadakan TVE salah satunya adalah
menyebarkan informasi dan kebijakan pendidikan
Dan mendorong masyarakat gemar belajar untuk
Menunjang pendidikan nasional.
29. WARTAWAN : Mengapa harus TVE ?
30. PROF. ADE : Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan
penuntasan wajib belajar 9 tahun, Pemerataan
akses Pendidikan, Faktor geografis (menjembatani
daerah perbatasan, terpencil dan daerah khusus).
31. WARTAWAN : Bagaimana cara masyarakat melihat sajian TVE
Tersebut ?
32. PROF. ADE : Bisa melalui system siaran satelit dan IPTV TVE,
Akses signal TVE,dan sebagainya.
33. WARTAWAN : Contohnya seperti apa itu, Pak ?
34. PROF.ADE : Melalui Internet, Parabola/satellite receiver
Teresterial (TVRI/TV Lokal/TV Kabel)
35. WARTAWAN : Jadi, mengapa TVE ini kurang banyak yang tahu
Di masyarakat ?
36. PROF. ADE : Itu karena masyarakat mengfungsikan televisinya
Hanya untuk media hiburan saja tetapi kurang
Minatnya terhadap saluran bertema pendidikan
Yang mana kita ketahui bahwa pengetahuan itu
Penting.
37. MUSIK : TRANSISI
38. NARATOR : TePe setia, tenyata fungsi dari TVE sangat penting
Karena samapi akhir hidup pun kita tak kan lepas
Dari yang namanya ilmu pengetahuan. Nah, untuk
Menarik minat masyarakat dalam peran penting
Pendidikan maka diadakannya TVE yang punya
Visi dan misi yang tepat dalam pendidikan serta
Untuk mengaksesnya pun sangat mudah.

39. MUSIK : TRANSISI
40. SFX : SUARA AYAM DAN BURUNG DISERTAI
SUARA TELEVISIDAN ORANG SEDANG
MEMBUAT MINUM
41. IBU : Nah, apa kah kamu paham dari penjelasan
Ayahmu tadi, ade ?
42. ADE : Paham bu...
Terus, adakah sasaran dari diadakannya TVE itu,
Pak ?
43. AYAH : Tentu ada nak, dan dalam program TVE pula kita
Sebagai pengguna jasa tidak terlalu direpotkan
Dalam memperoleh informasi karena terdapat
Bagian atau saluran masing-masing.
44. ADE : Contohnya seperti apa itu ? ade kurang paham.
45. AYAH : Misalnya dalam saluran 1, Peserta didik dan dosen
dari semua jalur,jenjang dan jenis pendidikan,
Praktisi pendidikan, dan Masyarakat. Saluran Yaitu
Guru/pendidik dan dosen dari semua jalur,jenjang
dan jenis pendidikan, Praktisi pendidikan
Masyarakat, dan Mahasiswa PGSD.
46. IBU : Bagus sekali yah, jadi kita tak perlu repot dan tak
Dalam memilih pengetahuan bagi perkembangan
Belajar anak ya, Pak.
47. AYAH : Betul sekali Bu.
48. ADE : Yah, format sajiannya itu seperti apa saja ?
49. AYAH : Ada beberapa yang ayah ketahui, misalnya dalam
Sajian format Live Interaktif, Dokumenter,
Talkshow, Classroom Teaching, dan Taping.



50. IBU : Wahhh....
Menyenangkan sekali yah apabila kita memperoleh
Ilmu tetapi dengan cara SerSan.
51. AYAH : Sersan....? Apa itu...?
52. IBU : Serius tapi Santai, Pak.
Jadi, walau kita di rumah tapi ilmu kan terus di
Dapat dengan bantuan TVE itu.
53. AYAH : Betul sekali. Dengan pengalaman kerja dari
Teknisi yang berasal dari Negeri Indonesia yang
Sudah memiliki pengalaman kerja yang bagus serta
Kita pun tak usah ragu dengan materi yang
Disajikan karena telah menjalin kerjasama dengan
Lembaga-lembaga pendidikan yang menunjang.
54. ADE : Jenis materi siarannya itu seperti apa saja, Yah?
Ade semakin tertarik mengenai TVE ini.
55. AYAH : Bagus nak..Antusiasmu.
Kalau materi yang disajikan antara lain : Formal,
Padu, TK/SD, SMP/Mts, SMA/SMK/MA,
Perguruan Tinggi, Non Formal, Paket B, Paket C,
Keterampilan/kursus, Informal, Pentas Dongeng,
Lensa Siswa (Lensis), Ungkapan Budaya, dan lain
lain.
56. ADE : Wahhh...
Sepertinya menyenangkan..
Ade mau lihat acara TVE kalau begitu.
57. SFX : SUARA TELEVISI
58. ADE : Menyenagkan sekali yah..
Pelajaran yang disajikan tidak membosankan.
Mulai sekarang Ade akan rajin menonton acara
Di TVE.

59. AYAH : Ya...Bagus itu.
Belajar yang menyenangkan dan menantang itu lah
Kamu butuhkan, dengan begitu pengetahuanmu
Akan semakin luas dan media Televisi pun tak
Hanya jadi media hiburan semata tetapi kita
Manfaatkan sebagai media pendidikan.
60. MUSIK : IN-UP-DOWN-UNDER
61. NARATOR : Bagaimana sobat pintar, apakah sudah mengerti
Sudah paham peran dan fungsi dari TVE ?. semoga
Sobat pintar dapat memahami serta mendapatkan
Informasi yang bermanfaat bagi para sobat pintar.
62. MUSIK : IN-UP-DOWN
63. ANNAUNCER : Demikian program audio pembelajaran mengenai
Peran dan fungsi media Televisi Edukasi. Sampai
Jumapa kembali dengan waktu dan acara yang
Sama. Terima kasih atas perhatiannya. Sampai
Jumpa.
64. MUSIK : DOWN-UP-DOWN-OUT.


@ ahmad ade kurniawan
Read more
0

Karakteristik Siswa SMP


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada aspek perubahan fisik kearah yang lebih maju. Dengan kata lain, pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu. Oleh karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah bertambahnya berat atau tinggi badan, tulang otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pada akhirnya, pertumbuhan ini mencapai titik akhir yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan pada usia tertentu, misalnya usia lanjut, justru terdapat bagian-bagian fisik tertentu yang mengalami penurunan dan pengurangan. Sedangkan perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakter yang khas dari gejala- gejala psikologis ke arah yang lebih maju.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia mengalami beberapa tahapan, dimana dari setiap tahap memiliki suatu identitas dan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Perkembangan dapat dicapai karena adanya proses belajar dan proses belajar hanya mungkin berhasil jika ada suatu pembelajaran yang sesuai dengan tahapan yang sesuai pula.
Masa remaja terletak diantara masa anak dan masa dewasa. Masa Remaja adalah tahapan yang pada umumnya dimulai sekitar usia 13 tahun. Awal masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik sangat pesat dengan mulai berfungsinya hormon-hormon sekunder pada permulaan masa remaja. Pertanda fisik yang sudah menyerupai manusia dewasa ini tidak di ikuti dengan perkembangan psikis yang sama pesatnya. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju kehidupan orang dewasa merupakan masa yang sulit dan penuh gejolak sehingga sering disebut sebagai masa badai dan topan (strum and drang), masa pancaroba dan berbagai sebutan lainnya yang menggambarkan banyaknya kesulitan yang dialami pada masa perkembangan ini.
Dari suatu perubahan yang terjadi pada masa remaja ini membawa suatu konsekuensi mengenai metode dan materi tentang kegiatan pembelajaran. Namun perubahan yang terjadi di dalam individu ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik perkembangan anak usia SMP?
2. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan untuk anak usia SMP?
3. Bagaimana peran lingkungan terhadap perkembangan anak usia SMP?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai antara lain untuk:
1. Mengetahui karakteristik perkembangan anak pada usia SMP.
2. Mengetahui metode pembelajaran yang digunakan untuk anak SMP.
3. Mengetahui peran lingkungan terhadap perkembangan anak usia SMP.









Tinjauan Teori
Kajian teori yang mendasari dan relevan dengan penelitian ini mengenai karakteristik siswa (konsep dasar pembelajaran, macam model pembelajaran, pengembangan model pembelajaran), dan kemampuan reflektif (berfikir dan sikap reflektif).
Menurut Oliva (1992:413), “models of teaching are strategies based on theories (and often the research) of educators, psychologist, philosophers, and others who question how individual learn”. Hal ini berarti setiap model mengajar atau pembelajaran harus mengandung suatu rasional yang didasarkan pada teori, berisi serangkaian langkah strategi yang dilakukan guru maupun siswa, didukung dengan sistem penunjang atau fasilitas pembelajaran, dan metode untuk mengevaluasi kemajuan belajar siswa.
Terdapat beberapa model mengajar/pembelajaran antara lain model pemrosesan informasi, kelompok personal, kelompok sosial, dan kelompok perilaku (Joice & Weil, 1986); model pembelajaran kompetensi, pembelajaran kontekstual, pembelajaran mencari dan bermakna, pembelajaran berbasis pengalaman, pembelajaran terpadu, dan pembelajaran kooperatif. (Sukmadinata, 2004); model pendidikan guru berbasis akademik, performansi, kompetensi, lapangan, pelatihan, pengajaran mikro, internship, jarak jauh, dll.







BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SMP

1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebutadoles cence, berasal dari bahasa adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilahadolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.
Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh waktu tertentu.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b. Remaja akhir : 15 – 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal ini berkisar antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan- perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.

2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
a.Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins ataugona dotrophic hormones) yang saling berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu : 1) Follicle–Stimulating Hormone (FSH); dan Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhanestrogen danprogesterone; dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak laki-laki, luteinizing hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhantestosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon- hormon tersebut diatas merubah sistem biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendpat menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya sudah efektif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.





b. Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki
beberapa ciri sebagai berikut:
1) Kegelisahan
Remaja mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.
2) Pertentangan
Pertentangan pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
3) Mengkhayal
Keinginan menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya munculnya sebuah ide cemerlang.
4) Aktivitas kelompok
Berbagai macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
5) Keinginan mencoba segala sesuatu Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity), mereka lalu menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.






Ciri-ciri penting pada masa remaja awal atau anak SMP sebagai
berikut :
a) Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual
Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri- ciri seks sekunder mulai berkembang seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnyajakun pada anak laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada. Dengan adanya kedewasaan biologis ini, remaja memiliki kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa lainnya dalam hal reproduksi.
b) Masa remaja awal merupakan periode yang singkat dibandingkan dengan banyaknya
perubahan yang terjadi di dalam perkembangan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.
c) Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.
d) Masa remaja awal merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang pada masa sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua.







3. Perkembangan anak usia SMP
Selama di SMP/ MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus di hadapi oleh guru.
a. Perkembangan aspek kognitif
Arajoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.
b. Perkembangan aspek afektif
Menurut Arajoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
c. Perkembangan psikomotorik
Wuest & Combardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri.

B. METODE PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN UNTUK ANAK USIA SMP

Dari sekian banyaknya model-model pembelajaran, secara umum ada tiga model pembelajaran yang dapat digunakan untuk karakteristik anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu:

1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu; pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu konsep. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari langkah demi langkah.
Metode yang digunakan dalam model pembelajaran ini yang lebih dominan adalah metode Tanya Jawab, metode Ceramah, dan lain-lain. Model ini harus dikemas melibatkan terjadinya interaksi multi arah.
Model pembelajaran langsung mempunyai fase-fase penting diantaranya : Fase pendahuluan, pada fase ini guru menyampaikan kompetensi apa yang harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran, memotivasi belajar, mengingatkan materi prasyarat. Fase Presentasi materi,guru dengan menggunakan metode ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan Tanya Jawab). Kemudian fase terakhir guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih, menyimpulkan hasil belajar dan memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa.




2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama.
Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa. Dengan demikian, metode mengajar yang digunakan guru adalah diskusi kelompok. Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain :
a) Untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, siswa belajar dalam
b) kelompok.
c) Kelompok dibentuk dari siswa dengan memperhatikan kemampuan, gender, ras, budaya dan suku.
d) Penghargaan diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan penting, yaitu :
1. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses konstruksi siswa
terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.
2. Penerimaan terhadap keberagaman
Menumbuhkembangkan interaksi sosial bagi siswa. Siswa akan lebih mudah menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
3. Pengembangan ketrampilan sosial
Mengembangkan saling percaya dengan berbagi tugas dalam kelompok, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mempresentasikan dan lain-lain.





3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based
Instruction)
Model PBM (Problem Based Instruction) adalah suatu metode yang diajarkan dengan melihat fakta yang berkembang atau berdasarkan masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi dan pemecahan masalah tersebut.
Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk:
a) Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan
b) ketrampilan memecahkan masalah.
c) Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa.
d) Belajar Mandiri.
Pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut :
1) Penetapan Tujuan
Guru mendeskripsikan tujuan model pembelajaran masalah.
2) Merancang situasi masalah
Guru merumuskan masalah yang akan dipelajari/ diselidiki siswa.
Masalah tersebut harus otentik, dan bermakna bagi siswa.
3) Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Guru menyiapkan atau menginformasikan material, sarana atau sumber belajar yang dapat dimanfaatkan siswa dalam memecahkan masalah yang ada.
4) Orientasi siswa pada masalah
Siswa diberikan pengertian bahwa tujuan pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, melainkan siswa harus melakukan penelitian terhadap masalah penting untuk biasa belajar mandiri.
5) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Mengembangkan ketrampilan kerjasama antar siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bergotong royong. Guru membantu siswa yang memerlukan dalam merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.
6)Assessment dan evaluasi
Sistemassessment yang dilakukan adalah penilaian otentik yang menyangkut penilaian proses berfikir siswa dan juga penilaian hasil belajar.

C. PERAN LINGKUNGAN TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA REMAJA AWAL (SMP)

Konsep belajar behavioristik memandang manusia sebagai produk lingkungan. Begitupun dalam kasus ini, faktor-faktor lingkungan sekitar mempunyai peran penting dan andil yang kuat dalam proses pembelajaran seorang siswa secara umum, khususnya siswa SMP.
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan anak, khususnya lingkungan keluarga, karena sejak kecil anak hidup bersama keluarga. Menurut Zakiah Daradjat, bahwa ” pendidikan pertama dan utama bagi anak adalah dalam lingkungan keluarga,”. Situasi lingkungan tersebut memberikan andil bagi aktivitas belajar anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral dan pembentukan kepribadian dari pada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing-masing, ada keluarga dalam mendidik anaknya mendasarkan pada kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan agama. Ada pula keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya berorientasi pada kehidupan sosial dan ekonomi kemasyarakatan dengan tujuan untuk menjadikan anaknya menjadi orang yang produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyakarat.
Anak dan remaja di dalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua sebagai pendidiknya. Banyak corak dan pola penyelenggaraan pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga pola pendidikan, yaitu pendidikan otoriter, pendidikan demokratis dan pendidikan liberal. Dalam pendidikan yang bercorak otoriter anak-anak senantiasa harus mengikuti apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedang dalam pola pendidikan liberal, anak- anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita-citanya. Kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang demokratis. Makna pendidikan yang demokratis itu oleh Ki Hajar Dewantara dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan itu hendaknya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang artinya : Di depan memberi contoh, di tengah membimbing dan di belakang memberi semangat.
2. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan alami kedua yang dikenal oleh anak- anak dan remaja. Remaja telah banyak mengenal karakteristik masyarakat dengan berbagai norma dan keberagamannya. Kondisi masyarakat amat beragam, tentu banyak hal yang harus diperhatikan baik oleh remaja maupun oleh orang tuanya.
Dalam menjalankan fungsi pendidikan, masyakarat banyak membentuk/ mendirikan kelompok-kelompok atau paguyuban atau kursus yang secara sengaja disediakan untuk anak dan remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya di masa depan. Seperti contoh, Karang Taruna, pengajian TPA, kursus komputer berskala desa, atau pelatihan-pelatihan yang bersifat ekonomis yangprofitable merupakan produk nyata pembelajaran di masyarakat.
3. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan artificial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak kearah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Lingkungan sekolah merupakan pengaruh besar dalam pembentukan pemikiran manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Dilingkungan sekolah ini, remaja mendapat suatu pelajaran dan pengalaman yang berharga yang menjadi bekal untuk langkah-langkah pembelajaran di kehidupan selanjutnya. Sekolah diharapkan memberikan suatu wadah bagi pengembangan secara keseluruhan baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dibentuknya unit-unit kegiatan siswa (UKS), memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai seperti sarana olahraga, musik maupun berdasarkan potensi-potensi lain.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang “Karakteristik Perkembangan dan Metode Pembelajaran Anak Usia SMP” tersebut diatas, maka dapat di tarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebutadoles cen ce, berasal dari bahasa
adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Perkembangan lebih lanjut, istilahadolescence sesungguhnya memiliki arti
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b. Remaja akhir : 15 – 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat
dikategorikan sebagai anak usia remaja awal.

2. Ciri-ciri Masa Remaja:
a. Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki.
b. Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1) Kegelisahan
2)Pertentangan
3) Mengkhayal
4) Aktivitas kelompok
5) Keinginan mencoba segala sesuatu

3. Perkembangan anak usia SMP:
a) Perkembangan aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti
b) pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir.
c) Perkembangan aspek afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi.
d) Perkembangan aspek psikomotorik seusia anak SMP ditandai dengan
perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa.

4. Tiga model pembelajaran yang digunakan untuk karakteristik anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu:
a. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Metode yang digunakan dalam model pembelajaran ini yang lebih dominan adalah metode Tanya Jawab, metode Ceramah, dan lain-lain. Model ini harus dikemas melibatkan terjadinya interaksi multi arah.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa.
c. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk:
1) Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan memecahkan masalah
2) Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa.
3) Belajar mandiri

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran siswa:
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan Masyarakat
c. Lingkungan Sekolah



DAFTAR PUSTAKA
Model-Model Pembelajaran yang Efektif, Sosialisasi KTSP,Departeme n
Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id )
Peran Orang Tua terhadap Kenakalan Remaja Masa
Kini,www.kompas.com/kompas-
cetak/0305/18/keluarga/312326.htm (21 Desember 2010)
Sugandi, Achmad. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES 2004
Suharsono. Mencerdaskan Anak. Jakarta : Gema Insani Press, 2000.
Sumardi, Pengembangan Model Pembelajaran, Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2004.
file:///C:/Users/renty/Documents/Identitas-Dan-Karakteristik-Siswa-Smp-Serta-Metode-Pembelajarannya.htm.


@ ahmad ade kurniawan_TP_UNY
Read more
0

Pendidkan Komparatif Indonesia VS Jepang


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas suatu negara, utamanya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia didalamnya. Dalam hal ini, perlu adanya komparasi sistem pendidikan antara negara sendiri dengan negara lain sebagai kajian meningkatkan mutu pendidikan yang ada. Menyoroti sistem pendidikan yang ada di negara-negara maju disini kami memilih negara Jepang untuk dikomparasikan dengan negara Indonesia.
Negara Jepang memiliki SDM yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya, yang dikenal sebagai “Macan Asia”. SDM Jepang menempati peringkat 10 besar dunia menurut HDI (Human Development Index). Adanya perkembangan SDM yang luar biasa ini, yang tidak bisa lepas dengan adanya sistem pendidikan yang bermutu.
Sistem pendidikan di Jepang secara umum dapat dikatakan jauh lebih baik jika dibanding Indonesia. Pendidikan di Jepang sesuai dengan karakter dan budaya orang Jepang. Dari beberapa aspek nampaknya sistem pendidikan di Jepang dapat kita jadikan pedoman, namun tak seluruh dari sistem disana harus kita tiru seutuhnya. Kita harus dapat menyaring beberapa komponen dan aspek untuk kita adopsi pada sistem pendidikan Indonesia. Untuk mengetahui bagaimana sisi kelemahan dan kelebihan yang dapat dijadikan pedoman maka perlu adanya studi komparasi antara pendidikan Jepang dan Indonesia.

B. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana sistem pendidikan yang ada di Jepang?
2. Apa kelebihan dan kelemahan sisitem pendidikan yang ada di Jepang?
3. Persamaan dan perbedaan sistem pendidikan Jepang dan Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan di Jepang
Sistem adalah suatu rangkaian keseluruhan, kebulatan, kesatuan dan komponen-komponen yang salin berinteraksi atau interdependensi dalam mencapai tujuan. (sumber: ktp09003.wordpress.com). Perbedaan antara makna sistem secara umum dengan sistem dalam pendidikan yakni terletak pada tujuan yang ingin dicapai. Dalam sistem pendidikan tujuan yang ingin dicapai lebih kepada aspek pendidikan. Ada beberapa perbedaan antara sistem pendidikan di Jepang dan di Indonesia yang akan kami bahas dalam pembahasan di bawah ini.
1. Kurikulum Pendidikan di Jepang
Seperti halnya di Indonesia, di Jepang pun kurikulum disusun oleh sebuah komite khusus dibawah kontrol Kementerian Pendidikan (MEXT). Komisi Kurikulum terdiri dari wakil dari Teacher Union, praktisi dan pakar pendidikan, wakil dari kalangan industri, dan wakil MEXT. Komisi ini bertugas mempelajari tujuan pendidikan Jepang yang terdapat dalam Fundamental Education Law (Kyouiku kihonhou), lalu menyesuaikannya dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Namun, karena unsur politik sangat kental mewarnai wakil-wakil yang duduk dalam komisi ini maka tak jarang terjadi perdebatan panjang terutama antara wakil teacher union dan wakil kementerian dalam penyusunan draft kurikulum.
Pembaharuan kurikulum di Jepang berlangsung setiap 10 tahun sekali, dan kurikulum terbaru yang diterbitkan di tahun 1998 adalah pembaharuan ketujuh sejak kurikulum yang diterapkan pada Perang Dunia II. Kurikulum 1998 membawa angin baru dalam dunia pendidikan Jepang. Kurikulum ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya berdasarkan konsep yang dibawanya yaitu pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan beragam personaliti siswa, bukan seperti sebelumnya yaitu common education, atau pendidikan yang sama untuk semua siswa.
Guru-guru di Jepang sejak perang percaya bahwa pendidikan harus bersifat massal dan sama, bahkan pendidikan yang menjurus kepada kekhasan tertentu atau menerapkan pola/metode yang lain daripada yang lain dianggap salah. Guru-guru Jepang senantiasa menjaga image bahwa semua siswa harus memiliki prestasi yang sama, kedisiplinan yang sama dengan sistem pendidikan yang serupa. Namun adanya kurikulum baru menyadarkan mereka bahwa setiap anak punya potensi yang berbeda dengan lainnya, dan inilah yang harus dibina.
Pada kurikulum 1998 memberikan pendidikan yang lebih mementingkan keleluasaan waktu dan ruang yang disebut Yutorikyouiku (sumber: www.darsonmate.blogspot.com). Dalam rangka pelaksanaan yutorikyouiku, pemerintah juga menerapkan 5 hari sekolah, yaitu dari hari Senin sampai Jumat. Tujuan kebijakan ini adalah agar siswa dapat lebih banyak menghabiskan waktunya dengan keluarga dan belajar lebih banyak di lingkungannya pada akhir pekan.
Kurikulum yang baru bersifat fleksibel dan memungkinkan sekolah untuk meramu kurikulum sendiri berdasarkan kondisi daerah, sekolah dan siswa yang mendaftar. Sebagai contoh, di SMP, selain mata pelajaran wajib, siswa juga ditawarkan dengan mapel pilihan.
Adanya kurikulum baru ini, training besar-besaran dilakukan untuk mengubah pola pikir guru-guru Jepang. MEXT juga merevisi beberapa buku pelajaran, dan secara hampir bersamaan mengusulkan pemberlakuan 5 hari sekolah dan adanya jam khusus untuk pengembangan jiwa sosial siswa melalui integrated course atau sougoteki jikan.
Kurikulum di level sekolah disusun dengan kontrol penuh dari The Board of Education di Tingkat Prefectur dan Municipal (distrik). Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT, maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat sentralistiknya. Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for Education (chuuou shingi kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang.
Karakteristik kurikulum Jepang yang lainnya adalah ide ikiru chikara dan sōgōtekina gakushū jikan. Konsep Ikiru Chikara adalah konsep yang hendak membudayakan jiwa dan melatih kekuatan dan kemampuan untuk hidup di tengah masyarakat.
Indikator pemerintah untuk mengukur keberhasilan pendidikan di Jepang adalah pengukuran internasional yang diselenggarakan negara-negara OECD, yaitu PISA dan TIMMS, sebab Jepang tidak menerapkan sistem ujian nasional. Pada tahun 1995, prestasi siswa SD dan SMP Jepang menempati urutan pertama, namun tahun-tahun selanjutnya mengalami penurunan. Dengan hasil PISA yang mengecewakan, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan kembali gakuryoku tesuto (tes kemampuan akademik) tahun 2007.
2. Jenjang Pendidikan di Jepang
Jenjang Pendidikan di Jepang tak jauh berbeda dengan jenjang pendidikan di Indonesia. Sebagaimana di Indonesia, pemerintah Jepang juga mewajibkan setiap warga negara untuk untuk bersekolah selama 9 tahun di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (dari usia 6 hingga 15 tahun). Setelah 9 tahun wajib belajar ditempuh kemudian dilanjutkan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Hampir semua murid meneruskan ke Sekolah Menengah Atas, dan menurut MEXT dalam wikipedia.org sekitar 75,9% lulusan sekolah menengah atas pada tahun 2005 melanjutkan ke universitas, akademi, sekolah keterampilan, atau lembaga pendidikan tinggi lainnya.
Di tingkat SMP dan SMA, sama seperti di Indonesia, ada dua kali ulangan, mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib atau pun nasional. Di beberapa prefecture yang melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari2, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus. (sumber: http://indosdm.com).
Untuk masuk universitas, siswa lulusan SMA diharuskan mengikuti ujian masuk universitas yang berskala nasional. Ini yang dianggap `neraka` oleh sebagian besar siswa SMA. Sebagian dari mereka memilih untuk belajar di juku (les privat, seperti di Indonesia) untuk dapat lulus ujian masuk universitas. Ujian masuk PT dilakukan dua tahap. Pertama secara nasional- soal ujian disusun oleh Ministry of education, terdiri dari lima subject, sama seperti ujian masuk SMA-, selanjutnya siswa harus mengikuti ujian masuk yang dilakukan masing-masing universitas, tepatnya ujian masuk di setiap fakultas. Skor kelulusan adalah akumulasi ujian masuk nasional dan ujian di setiap PT.
3. Kualitas pendidik
a. Pendidik di Jepang
Salah satu agenda reformasi pendidikan di Jepang adalah peningkatan kualitas tenaga pendidik di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam rencana reformasi yang yang disusun National Comission of Educational Reform (NCER) yang dituangkan dalam “The Rainbow Plan” pada tahun 2001, poin ke-5 menyatakan bahwa tenaga guru yang professional dihasilkan melalui beberapa cara, diantaranya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
Ada tiga perubahan yang harus dilakukan sekolah untuk meningkatkan perannya di masa mendatang sebagai lembaga pendidikan, yaitu perlunya melibatkan masyarakat sebagai pemilik asli lembaga sekolah, memberikan keleluasaan hubungan guru dan murid yang mengarah kepada pelaksanaan asas demokrasi yang lebih luas, mengembangkan kemampuan akademik siswa melalui pembaharuan metode dan materi pelajaran yang lebih mencerminkan nilai-nilai daerah setempat (Emery, 2006). Hirota (2005, p.186) menyebutkan bahwa masalah pendidikan tidak saja bagaimana agar pendidikan di sekolah menjadi baik, tapi bagaimana pendidikan dapat membentuk masyarakat masa depan.
Pentingnya sertifikasi guru di Jepang mencuat pada masa Meiji saat dikeluarkannya UU tentang tenaga kependidikan pada tahun 1849 (Law for Certification of Education Personnel). Perundangan ini mengalami revisi beberapa kali hingga tahun 1988. Kobayashi (1993) menjelaskan bahwa perundangan ini menunjukkan bahwa pemerintahan yang bersifat sentralistik masih berpengaruh kuat di bidang pendidikan. Kebijakan tentang pengembangan guru diatur secara hukum oleh Kementerian Pendidikan dan dilaksanakan secara top-down oleh lapisan administratur di bawahnya.
Arah reformasi pendidikan di Jepang yang tertuang dalam Rainbow Plan adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan kemampuan dasar scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
2. Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah
3. Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya.
4. Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councilor, komite sekolah (gakkouhyouginseido) yang beranggotakan orang tua dan masyarakat, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
5. Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
6. Pengembangan universitas bertaraf internasional
7. Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi konstitusi pendidikan.
Berdasarkan laporan dari Komite Pemeriksa Sistem Evaluasi Guru prefektur Nagano, disebutkan bahwa ada beberapa poin yang ditekankan sebagai target penilaian yaitu :
1. Gakusyuu shidou yaitu penilaian berdasarkan kualifikasi akademik guru, dan kegiatan mengajar di dalam kelas berdasarkan petunjuk pengajaran yang dikeluarkan MEXT (gakusyuushidouryou)
2. Seito shidou dan seikastsu shidou, yaitu pembimbingan dan pembinaan kepada siswa berupa pengarahan tentang perkembangan siswa (seito shidou) dan kebiasaan sehari-hari (seikastsu shidou) serta penanganan kelas (gakyyu keiei). Dalam hal ini setiap guru diharuskan untuk memahami jiwa anak, sikap, perilakudan perkembangan jasmani dan rohaninya dan mampu mengarahkannya kepada kebiasaan belajar dan semangat hidup.
3. Shinrou shidou, yaitu kemampuan mengarahkan siswa berdasarkan keinginannya, bakat dan kemampuan akademiknya, baik secara pribadi maupun bekerjasama dengan keluarga anak.
4. Tokubetsu katsudou, yaitu kemampuan membina anak untuk bekerjasaman dalam kegiatan atau event khusus di luar jam pelajaran di sekolah.
5. Gakkou keie, yaitu peran guru dalam manajemen sekolah, kemampuan bekerjasama dengan teman sejawat, memahami dan berusaha untuk mencapai tujuan sekolah.
6. Hogosya, chiiki to no renkei, yaitu kemampuan guru untuk membina kerjasama dengan orang tua murid dan komponen masyarakat.
7. Kenkyuu , kensyuu, yaitu semangat dan motivasi guru untuk mengembangkan diri dan meningkatkan potensinya melalui kegiatan penelitian dan training.
Dengan banyaknya komponen yang dinilai, maka evaluasi guru di Jepang adalah sebuah proses yang kompleks yang memakan waktu selama satu tahun. Tetapi komponen-komponen penilaian tersebut juga mencerminkan orientasi pendidikan di Jepang yang cenderung kepada perhatian yang lebih kepada perkembangan perorangan siswa dan bukan semata kemajuan secara kelompok. Selain itu terlihat pula adanya perluasan makna kerjasama dengan orang tua yang selama ini kurang dilibatkan dalam aktifitas pengajaran di sekolah.
Di beberapa tempat, Teacher Union masih merupakan organisasi yang militan, sehingga kebijakan evaluasi guru yang berorientasi kepada sistem penggajian tidak mudah untuk diadopsi. Sebagaimana halnya pemerintah prefektur Nagano, Aichi, Hokkaido yang bersepakat melaksanakan evaluasi guru tanpa ada kompensasi penggajian.
b. Pendidik di Indonesia
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).
Tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya walaupun pendidik bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pendidik merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
4. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Hal yang tak kalah pentingnya guna mendukung proses pembelajaran yakni adanya sarana dan prasarana yang terpenuhi. Ini juga merupakan salah satu faktor yang mendukung majunya proses pendidikan di negara macan asia ini. Adanya modernisasi pendidikan di negara Jepang tak hanya perubahan dalam bidang kebijakan pendidikan, juga terjadi dalam hal sarana dan prasarana.
Pemerintah Jepang sangat memperhatikan keadaan sarana dan prasarana pendidikan, terbukti dengan adanya anggaran yang tinggi dalam bidang pendidikan. Dengan dukungan teknologi modern, pendidikan di Jepang sangat berkembang pesat.
Tak ada lagi proses pembelajaran yang merusak kesehatan manusia di negara ini. Tidak lagi ditemui kapur tulis yang mampu merusak sistem pernapasan di sana. Tak ditemui lagi ruangan yang hampir roboh di negara ini, semua ruangan sangat nyaman mendukung proses pembelajaran. Pengadaan buku baik buku pembelajaran maupun buku-buku lain yang mendukung sangat diutamakan di negara ini. Gambaran di atas nampaknya cukup untuk membandingkan antara sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia dan Jepang.
Sedangkan untuk keadaan di Indonesia sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.



B. Persamaan dan Perbedaan Sistem Pendidikan Jepang dan Indonesia
Hasil analisis kami mengenai komparasi sistem pendidikan di Indonesia dan di Jepang ternyata sangat banyak memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan faktor karakter dan kultur dari masing-masing negara.

1. Persamaan Pendidikan di Jepang dan Indonesia:
a. Baik di Jepang maupun Indonesia sama-sama menempuh SD (selama 6 tahun) dengan tujuan menyiapkan anak untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan potensinya.
b. Sesudah SD ada sekolah lanjutan pertama selama tiga tahun yang bertujuan untuk mementingkan perkembangan kepribadian siswa, kewarganegaraan, dan kehidupan dalam masyarakat serta mulai diberi kesempatan belajar bekerja.
c. Setelah sekolah lanjutan pertama, ada sekolah lanjutan selama tiga tahun. Bertujuan untuk menyiapkan siswa masuk perguruan tinggi dan memperoleh keterampilan kerja.
d. Jenjang Universitas yang mana berperan secara potensial dalam mengembangkan pikiran dan terbuka bagi siapa saja, bukan pada sekelompok orang.
e. Memiliki komponen pendidikan yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, lingkungan, alat, sarana prasarana.
f. Pengelola sekolah sama – sama dibedakan menjadi dua yaitu pengelola sekolah negeri dan pengelola sekolah swasta.
g. Kedua negara tersebut mewajibkan belajar bahasa Inggris sejak tahun pertama di SMP, dengan demikian siswa diharapkan mempunyai kemampuan yang berwawasan internasional.
h. Usia siswa yang belajar pada setiap jenjangnya ada yang sama, yaitu pendidikan dasar 9 tahun antara usia 6-15 tahun, sekolah menengah atas usia 16-18 tahun, dan pendidikan tinggi antara 19-25 tahun.

2. Perbedaan Pendidikan di Jepang dan Indonesia
a. Dalam tujuan umum pendidikan jepang mengutamakan perkembangan kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individual, dan menanamkan jiwa yang bebas. Sedangkan di Indonesia pendidikan bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
b. Jepang tidak memasukkan mata pelajaran pendidikan agama di semua jenjang persekolahan (memisahkan pendidikan agama dengan persekolahan), sedangkan di Indonesia pendidikan agama adalah mata pelajaran yang wajib untuk setiap jenjang persekolahan.
c. Dilihat dari kurikulum yang dikembangkan dapat dikemukakan beberapa hal: a. Kurikulum TK di Jepang tidak membebani anak, karena anak tidak dijejali materi-materi pelajaran secara kognitif tetapi lebih pada pengenalan dan latihan ketrampilan hidup yang dibutuhkan anak untuk kehidupan sehari-hari, seperti latihan buang air besar sendiri, gosok gigi, makan, dan lain sebagainya. Sedangkan kurikulum di Indonesia telah berorientasi pada pengembangan intelektual anak.
d. Mata pelajaran level pendidikan dasar di Jepang tidak seberagam yang dikembangkan di Indonesia, jumlahnya tidak banyak, sehingga berbagai mata pelajaran tersebut diberikan pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu, maka jarang ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang berbeda.
e. Di Indonesia jarang ditemukan adanya mahasiswa peneliti, lebih-lebih mahasiswa pendengar, sehingga yang ada mahasiswa reguler. Hal itu terjadi barangkali karena orientasi belajar bagi mahasiswa Indonesia jauh berbeda dengan mahasiswa Jepang.
f. Pendidikan wajib di Jepang gratis bagi semua siswa, bahkan bagi anak yang kurang mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat maupun daerah untuk biaya makan siang, sekolah, piknik, kebutuhan belajar, perawatan kesehatan dan kebutuhan lainnya, sedangkan di Indonesia masih sebatas slogan (kecuali di daerah tertentu, seperti kebijakan di Sukoharjo, tetapi baru terbatas biaya sekolah saja).
g. Masuknya anak pada pendidikan prasekolah, terutama di TK, kalau di Jepang dimulai usia 3 tahun, sedang di Indonesia dimulai pada usia 4 tahun.

C. Kelebihan dan Kelemahan antara Sistem Pendidikan di Jepang
Baik di negara berkembang maupun negara maju, tentu terdapat kelebihan dan kelemahan dalam sistem pendidikannya. Di bawah ini akan di jabarkan mengenai kelebihan dan kelemahan yang muncul dalam sistem pendidikan di Indonesia dan Jepang.
Adapun kelebihan dan kelemahan sistem pendidikan yang ada di Indonesia jika dikomparatifkan dengan sistem pendidikan di Jepang.
1. Kelebihan:
Realita pendidikan di Indonesia saat ini menunjukkan adanya proses pembaharuan sistem secara berkelanjutan. Mulai dari standardisasi nilai Ujian Akhir Nasional hingga kebijakan penerapan otonomi kampus di Perguruan Tinggi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan.

2. Kekurangan:
a. Rendahnya sarana fisik,
b. Rendahnya kualitas guru, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
c. Rendahnya kesejahteraan guru,
d. Rendahnya prestasi siswa,
e. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
f. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
g. Mahalnya biaya pendidikan.
h. Sistem pendidikan Indonesia tidak membuat siswa kreatif karena hanya terfokus pada proses logika, kata-kata, matematika, dan urutan dominan. Akibatnya perkembangan otak siswa tidak maksimal dan miskin ide baru.
i. Value Oriented yang dimaknai sebagai hasil akhir, bukan dari proses yang dilakukan, terkadang menjerumuskan paradigma pendidikan
Adapun kelebihan dan kelemahan sistem pendidikan yang ada di Jepang.
1. Kelebihan menurut William K. Cummings:
a. perhatian pada pendidikan datang dari pelbagai macam pihak
b. sekolah Jepang tidak mahal
c. tidak ada diskriminasi terhadap sekolah
d. kurikulum sekolah Jepang tidak terlalu padat akan materi
e. sekolah sebagai unit pendidikan
f. guru terjamin tidak akan kehilangan jabatan
g. guru Jepang penuh dedikasi
h. guru Jepang merasa wajib memberi pendidikan "manusia seutuhnya
i. guru Jepang bersikap adil
j. dasar yang kuat yang ditanam pada para siswa untuk bidang studi matematika dan ilmu pasti
k. komitmen masyarakat yang kuat pada keunggulan akademik
l. keselarasan hubungan antara pengajar dan peserta didik serta budaya pengajaran yang sarat perencanaan dan implementasi yang matang.

2. Kelemahan:
a. Masih adanya perdebatan seputar hakikat dan tujuan sistem pendidikan beserta dampak-dampak yang ditimbulkannya mewarnai dinamika pendidikan di negara ini. Perdebatan ini banyak terjadi antara mereka yang tamat dari sekolah-sekolah dalam negeri dan mereka yang tamat dari luar negara.
b. Selama bertahun-tahun sistem pendidikan di negeri sakura ini dinilai terlalu kaku dalam mengaplikasikan ujian masuk bagi para calon siswa baru serta semata-mata menekankan kemampuan ingatan terhadap fakta-fakta yang ada.
c. Pendidikan di Jepang makin meninggalkan aspek nilai-nilai budaya. Pendidikan di sana makin moderen sehingga cenderung aspek intelektual saja yang difokuskan di sana.







BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan di Jepang memiliki beberapa perbedaan dan persamaan dengan pendidikan di Indonesia. Adanya perbedaan tersebut tak lepas dari adanya karakter dan kultur dari budaya masing-masing negara. Secara umum pendidikan di Jepang memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat terbukti dengan hasil survei Human Development Index (HDI) yang menyatakan bahwa peringkat SDM Jepang pada peringkat 10 besar di dunia.
Sumber daya manusia di Jepang sudah mampu bersaing dengan negara-negara maju di dunia. Dengan melihat kenyataan yang ada ini bukan berarti seutuhnya pendidikan Jepang sempurna jika dibandingkan dengan Indonesia. Perlu adanya seleksi jika kita ingin mengadopsi sistem pendidikan di Jepang. Beberapa sistem boleh kita pelajari jika dianggap perlu diadopsi dan masih sesuai dengan karakter dan kultur budaya bangsa Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis penulis mengenai komparasi antara pendidikan di Indinesia dan di Jepang, maka penulis menyarankan silahkan kita mengadopsi beberapa sistem pendidikan di Jepang yang dianggap baik asalkan masih tetap sesuai dengan karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih sangat banyak kelemahan dikarenakan masih kurangnya wawasan dan kemampuan penulis, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman.


DAFTAR PUSTAKA
Dyan. 2007. Mengacu pada Pendidikan di Jepang. Diakses pada tanggal 3 November 2010 di justdyan.blogsome.com
Frenky.2006. Pendidikan di Indonesia: Masalah dan Solusinya. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 di edukasi.Kompas.com
Bercermin pada Sistem Pendidikan di Jepang. Diakses dari http://edukasi.Kompas.com pada 7 Oktober 2010.
Achmadi. Sistem Pendidikan. Diakses dari www.murniramli.wordpress.com pada tanggal 30 Oktober 2010.
Frenky. 2006. Pendidikan di Indonesia: Masalah dan solusinya. Diakses di http://mii.fmipa.ugm.ac.id pada 7 Oktober 2010.


@ Ahmad Ade Kurniawan_TP_UNY
Read more
0

Aku adalah Diriku


hiburan, maen gae, jalan-jalan, gak akan hilang dari kehidupan ini.
seperti teori yang disampaikan oleh teman ku,,
haha

aku beda dengan yang dulu, dunia pun berubah kenapa mausia juga tak berubah. tapi kenyataannya, pandangan dan pemikiran orang tak mudah berubah 180 melihat diriku..
ingat...
pelaku dan pengamat itu beda...
Read more